PROLOG
"Kita Terlambat," Recca tersentak saat hutan sekitar gunung tempat mereka melintas mendadak gelap. "mereka musnah.", "dan apa tentara yang memusnahkan mereka menakutimu tuan muda?" letnan gober bertanya sembari tersenyum mengejek.
Recca tidak menggubris ejekan tersebut. meskipun usianya masih sangat muda, namun kedewasaannya dalam bertindak serta insting yang tajam sebagai seorang prajurit melebihi mereka yang sudah berperang puluhan tahun dan melihat pemimpin silih berganti. itu sebabnya dia telah menjadi jenderal perang di usianya yang baru 18 tahun. "tidak ada yang bisa diselamatkan." cetusnya. "kita sudah tidak lagi ada urusan dengan suku terkutuk merepotkan itu."
"apa mereka benar sudah musnah?" tanya rangga tegas kepada pimpinannya itu. "kita belum melihat mereka langsung, atau setidaknya ada beberapa yang bisa kita selamatkan dan apa laporan yang akan kita berikan kepada kerajaan saat kembali nanti?"
hampir saja pedang baja hitam dipinggang jenderalnya itu memisahkan kepala dari tubuhnya seandainya puta tidak segera hadir dan menyela pandangan sang jenderal dari bawahannya yang lancang tersebut. "aku melihat langsung, memeriksa tiap sudut kota bahkan desa kecil di wilayah tersebut dan tidak menemukan siapa bahkan apapun disana." tegas puta dihadapan recca dan rangga.
"kita akan kembali dengan membawa laporan yang diberi puta kepada raja." ketus recca. "jika puta mengatakan bahwa mereka sudah musnah, maka itu cukup untukku."
sepanjang perjalanan kembali ke kerajaannya, 50.000 pasukan itu terus membisu. tidak satupun dari mereka yang berani berkata sepatah katapun tatkala keluar dari hutan menakutkan yang dahulunya begitu hangat dan terang tersebut. "kita akan habis dihadapan raja nanti." ucap gober tiba-tiba memecah keheningan perjalanan tersebut.
recca tau apapun laporannya nanti tidak akan mudah diterima oleh raja mereka, sebab apapun alasannya tidak akan merubah kesalahannya karena mengabaikan perintah perang 7 hari lalu. "apa mungkin seandainya aku bergegas pada saat itu mereka masih terselamatkan?' bathin recca.
"sejak kecil ibu pernah bercerita tentang sebuah negeri yang tidak terkalahkan, namun terkutuk oleh sebuah kutukan bahwa suatu hari nanti mereka akan musnah tanpa sisa oleh para suku penghianat diwilayahnya." "apa mereka yang dimaksud?" gumam recca. "tuan berkata sesuatu?." tanya rangga yang mendengar gumaman recca. "fokus pada perjalanan dan segera dirikan tenda saat ada tempat," perintah recca.
berbeda dari waktu-waktu sebelumnya, tidak seperti malam ini dimana recca merasa aneh, sedikit menggigil dan merasa ada sesuatu yang terus memperhatikan mereka semenjak menginjakkan kaki di hutan 3 hari yang lalu.
"seumur hidup aku tidak pernah takut pada apapun, tubuhku juga tidak pernah gemetar menghadapi musuh seberapa kuatnya ataupun sebanyak apa jumlahnya" bathin recca. "tapi kenapa malam ini aku terus merasakan dingin yang membuat tubuhku merinding begini lamanya, apa yang sedang kami hadapi sebenarnya?" ucap recca lagi.
dari jauh gober yang melihat jenderalnya datang menghampiri "merasa takut dengan gelapnya malam ini tuan?" ucap gober dengan seringai mengejek membuyarkan lamunan panglima muda tersebut. "perjalanan kita masih panjang letnan, sebaiknya anda beristirahat sembari menyiapkan perjalanan kita ke kerajaan seperti tentara lainnya" balas recca.
"kemungkinan dalam waktu 2 atau 3 hari lagi kita akan tiba dikerajaan, aku punya cukup waktu untuk istirahat di sisa perjalanan tersebut" jawab gober, "tidakkah seharusnya tuan muda yang beristirahat? sebab pasukan kita akan gontai apabila panglimanya sakit karena kelelahan akibat perjalanan panjang ini" ejek gober lagi.
mengabaikan ucapan mengejek gober recca berjalan meninggalkan pria tua itu menuju tendanya tanpa sepatah katapun. "saya yakin anda juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan beberapa pasukan kita bahwa kita saat ini sedang diawasi bukan tuan?" ucap gober menghentikan langkah recca.
"pasukan kita?" tanya recca berbalik kearah gober. "kekuatan anda tidak ada yang bisa meremehkan, kemampuan anda memimpin kami juga bukan hal yang bisa diragukan bahkan oleh orang tua seperti saya." ucap gober "tapi apakah dikarenakan semua kelebihan tersebut hingga membuat anda tutup mata kepada potensi yang dimiliki oleh beberapa orang pasukan kita tuan?" perkataan yang sontak membuyarkan lamunan diotak recca seketika.
"apa anda tidak melihat bagaimana pasukan kita saat ini tidak tertidur melainkan terus berjaga dan bersiaga meskipun berada di tenda?" ucap gober lagi. recca menoleh kearah pasukannya dan seketika terbelalak melihat pasukannya dalam posisi siaga dan tempur mengarah ke utara.
"apa ini?" pikirnya, "kenapa saat perasaan merinding ini menghilang justru muncul perasaan yang tidak bisa kubayangkan." "siaga?" "waspada?" tidak. "ini rasa TAKUT!"
apa yang sedang menuju kepada mereka?